Kader Posyandu Jadi Motor Penurunan Stunting di Desa Muara Enggelam

TENGGARONG – Desa Muara Enggelam di Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara (Kukar), kini menjadi salah satu contoh keberhasilan desa pesisir dalam mengatasi persoalan stunting. Bukan karena fasilitas mewah, melainkan karena kekuatan komunitas lokal dan semangat kader Posyandu yang menjadikan edukasi dan pendampingan sebagai ujung tombak perubahan.
Kepala Desa Muara Enggelam, Madi, menuturkan bahwa tantangan utama bukan hanya pada ketersediaan layanan, melainkan pada kesadaran orang tua dalam mengenali gejala stunting sejak dini. Melalui peran aktif para kader Posyandu, penyuluhan rutin dilakukan untuk menjelaskan bahwa anak yang tampak sehat belum tentu memiliki pertumbuhan yang sesuai usia.
“Kadang anak aktif dan ceria, tapi ternyata tinggi badannya tidak sesuai umur. Nah, peran kader itu penting untuk menyampaikan hal ini ke orang tua,” jelas Madi, Kamis (12/6/2025).
Kekuatan kolaborasi menjadi kunci sukses program ini. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar bersama Dinas Kesehatan aktif memberikan pelatihan dan pendampingan teknis. Bahkan, tenaga medis dari puskesmas dan dokter spesialis rutin turun ke lapangan untuk mengevaluasi langsung kondisi anak-anak.
Sebagai bentuk komitmen, Pemerintah Desa Muara Enggelam mengalokasikan anggaran sebesar Rp70 juta khusus untuk program percepatan penanganan stunting pada tahun 2024.
“Dana itu kita fokuskan untuk kegiatan yang langsung menyentuh warga, mulai dari pelatihan kader, pemantauan pertumbuhan anak, hingga penyediaan makanan tambahan bergizi,” tambah Madi.
Kegiatan penyuluhan menjadi agenda rutin di Posyandu. Dua hingga tiga kali dalam sebulan, kader mengadakan kelas gizi untuk para ibu rumah tangga, sekaligus mendistribusikan makanan sehat bagi balita.
“Intervensi sejak dini itulah yang jadi penentu. Kita tidak tunggu anak sakit dulu, tapi cegah dari awal,” imbuhnya.
Kepala DPMD Kukar, Arianto, memberikan apresiasi tinggi terhadap peran kader Posyandu yang disebutnya sebagai garda terdepan dalam memerangi stunting di tingkat desa.
“Kader Posyandu itu ujung tombaknya. Kita tidak bisa hanya mengandalkan fasilitas puskesmas saja. Maka kader harus dibekali kapasitas yang kuat agar bisa jadi pendamping masyarakat,” ujarnya. (Adv)