DPMD Kukar Berperan Penting dalam Penurunan Stunting di Kutai Kartanegara

Bupati Kukar saat mengunjungi Posyandu (Istimewa)
KATANUSANTARA.COM Tenggarong – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menunjukkan komitmen kuat dalam upaya penurunan angka stunting melalui program Dedikasi Keluarga Peduli Kesehatan. Program ini, yang mengedepankan partisipasi desa dan kolaborasi lintas sektor, berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan menjadi 16 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional yang berada di angka 19 persen.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar, Arianto, menegaskan bahwa penanganan stunting memerlukan kerja sama multi-pihak. Keberhasilan ini merupakan hasil kolaborasi berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, DP2KB, Bappeda, hingga Kementerian Agama yang berfokus pada isu pernikahan dini.
“Semua pihak bergerak sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Penguatan Posyandu dan revitalisasi Puskesmas, serta pemberdayaan kader menjadi fokus utama. Hasil yang ingin dicapai bukan hanya penurunan angka, tetapi juga dampak positif yang nyata di tengah masyarakat,” jelas Arianto pada Minggu (11/5/2025).
DPMD Kukar berperan sentral dalam pembinaan kader Posyandu sebagai garda terdepan layanan dasar di desa. Namun, Arianto mengakui adanya tantangan baru, terutama terkait rasionalisasi anggaran. Porsi anggaran yang semula 26 persen kini menyusut menjadi 14 persen, sehingga rencana pelatihan kader perlu disesuaikan.
“Awalnya, kami merencanakan pelatihan bagi dua dari lima kader di setiap Posyandu. Dengan penyesuaian anggaran ini, seleksi kader akan lebih ketat. Meskipun demikian, kami tetap memprioritaskan Posyandu yang belum aktif untuk memastikan pemerataan upaya,” tambahnya.
Arianto menekankan bahwa kader adalah kekuatan utama dalam mendeteksi masalah gizi sejak dini, mengingat kedekatan mereka dengan kondisi sosial warga. Oleh karena itu, penguatan kapasitas kader tetap menjadi prioritas di tengah keterbatasan.
“Target penurunan stunting tidak berhenti di 16 persen. Kami menargetkan 14 persen, atau bahkan lebih rendah lagi. Yang terpenting bukan hanya menurunkan angka, tetapi juga menjaga keberlanjutan penanganan stunting di masa depan,” pungkas Arianto. (Adv)