Loa Duri Ilir Jadi Magnet Studi Tiru Nasional, Delegasi Bali Datang Belajar Digitalisasi Desa

Acara Jamuan Makan Malam Dalam Rangka Kunjungan Kerja TP PKK Desa Dangin Puri Kauh Bali di Kukar (Istimewa)
TENGGARONG — Silaturahmi antar pemerintah daerah kembali terjalin hangat di Pendopo Odah Etam. Selasa (4/11/2025) malam, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kutai Kartanegara (Kukar) menyambut 44 peserta kunjungan kerja dari Desa Dangin Puri Kauh, Kota Denpasar, Bali melalui jamuan makan malam yang dipimpin Ketua TP PKK Kukar, Andi Deescha Pravidhia.
Berbeda dari kunjungan biasa, pertemuan ini menghadirkan nuansa diplomasi desa, di mana dua daerah saling bertukar pengalaman pembangunan berbasis budaya, digitalisasi, dan pemberdayaan warganya.
Rombongan yang hadir terdiri dari kepala desa dan istri, perangkat desa, lembaga masyarakat, PKK, Karang Taruna, LPM, hingga pendamping desa—menandakan betapa seriusnya Bali menggali praktik terbaik dari Kukar.
Kepala DPMD Kukar, Arianto, menyebutkan bahwa inti dari kunjungan ini adalah belajar langsung dari Desa Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, yang kini menjadi salah satu desa dengan reputasi terbaik di Indonesia dalam inovasi digital dan tata kelola statistik.
“Desa Loa Duri Ilir menjadi desa berprestasi nasional bahkan internasional dalam digitalisasi dan statistik desa. Meskipun bukan berada di pusat pemerintahan, desa ini mampu menciptakan terobosan besar dan menjadi rujukan banyak daerah,” ujar Arianto.
Loa Duri Ilir dikenal berkat capaian Desa Cantik (Desa Cinta Statistik), keberhasilan membangun desa digital berstandar nasional, hingga inovasinya memperkuat BUMDes sebagai pilar ekonomi lokal.
Selain belajar teknologi, satu hal yang paling ingin dicermati rombongan Bali adalah tentang bagaimana Desa Loa Duri Ilir mampu menjaga harmoni sosial warganya.
“Kerukunan dan keberagaman masyarakat di Desa Loa Duri Ilir menjadi nilai tambah yang penting untuk dipelajari. Desa ini adalah miniatur Indonesia,” lanjut Arianto.
Hidup berdampingan warga Kutai, Jawa, Banjar, Bugis, Dayak hingga Toraja—semua jejaring sosialnya dikelola dengan prinsip gotong royong yang kuat. Bagi desa-desa urban Bali yang memiliki dinamika sosial serupa, pengalaman Loa Duri Ilir menjadi materi studi tiru yang sangat relevan.
Kunjungan ini menjadi pintu pembuka kerja sama lebih luas antardesa lintas provinsi—dari digitalisasi, statistik desa, ekonomi kreatif, hingga tata kelola BUMDes berbasis potensi lokal. Arianto menegaskan bahwa hubungan ini tidak berhenti pada kunjungan, tetapi harus menjadi ruang kolaborasi yang berkelanjutan.
“Kami berharap terjalin pertukaran pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam digitalisasi, pengelolaan data statistik, pemberdayaan masyarakat, dan tata kelola desa berbasis teknologi serta budaya lokal,” ucapnya. (Adv)





