Bukan Sekadar Timbang Bayi, Posyandu Sumber Sari Jadi Ruang Edukasi Keluarga

0
Posyandu Desa Sumber Sari (Istimewa)

TENGGARONG – Di tengah isu nasional soal penanganan stunting dan rendahnya akses layanan kesehatan dasar, Desa Sumber Sari di Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar, tampil sebagai contoh nyata bahwa solusi bisa dimulai dari tingkat desa. Melalui penguatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), desa ini berhasil menjaga keberlangsungan layanan kesehatan dasar bagi balita, ibu hamil, hingga lansia secara konsisten dan terukur.

Kepala Desa Tri Wahyudi menuturkan, lima posyandu aktif di wilayahnya tak hanya menjalankan tugas rutin, tapi juga menjadi simpul komunikasi antara pemerintah desa dan masyarakat tentang isu-isu kesehatan keluarga.

“Alhamdulillah, Posyandu aktif. Setiap bulan selalu ada kegiatan. Di sini ada lima posyandu, termasuk untuk lansia dan balita. Semuanya berjalan dengan baik,” ujar Tri pada Minggu, (18/5/2025).

Tri menekankan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari semangat kader posyandu yang terus dijaga melalui insentif dan pembinaan rutin. Pemerintah desa juga menjalin kolaborasi erat dengan puskesmas untuk mendukung peningkatan kapasitas para kader.

“Kami sering kumpul dan diskusi informal. Ini penting agar kader tidak merasa bekerja sendiri. Kadang ada pelatihan, atau sekadar ngobrol soal kebutuhan lapangan,” terangnya.

Salah satu pencapaian yang paling membanggakan adalah mulai turunnya angka stunting di desa tersebut. Berbagai program gizi, edukasi keluarga, dan pendampingan telah dilakukan selama setahun terakhir.

“Alhamdulillah, banyak kegiatan sudah berjalan. Kita beri makanan bergizi untuk balita, dan hasilnya sudah mulai kelihatan,” kata Tri.

Di balik kesuksesan ini, ada dukungan penuh dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Desa, Asmi Riyandi Elvandar, mengapresiasi langkah Sumber Sari yang menjadikan pelayanan dasar sebagai prioritas, bukan pelengkap.

“Desa ini tidak hanya aktif di atas kertas, tapi benar-benar hadir menjawab kebutuhan masyarakat. Kadernya hidup, datanya jalan, hasilnya juga nyata,” ungkap Elvandar.

Menurut Elvandar, posyandu bukan sekadar tempat timbang bayi atau pembagian vitamin. Ia melihatnya sebagai ruang edukasi keluarga dan interaksi sosial yang strategis di tingkat akar rumput.

“DPMD mendorong desa mengalokasikan dana secara konsisten untuk penguatan posyandu. Termasuk inovasi teknologi dan pelatihan kader agar posyandu tidak stagnan,” tegasnya. (Adv)

Bagikan Sekarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *